Title : Blender (?) -bukan judul yang sebenarnya-
Author : Igna Matsui, kembarannya Jurina Matsui.
Genre : Friendship.
Author’s Theme : Tomochin – Dear J (nggak nyambung biarin yang penting mintz)
Author’s Note : Astrid’s POV. Maap namanya aneh, JUICE. Tapi keren juga kok. (?) Saya sudah dapat info tentang harga tix, tix beli di os, nunggu konser berapa lama, dll. dari sumber yang terpercaya. Ndak niat bikinnya. Dadakan nih. Enjoy the story, btw.
“JUICE mau konser di Jakarta kan ya?”
“Kamu mau nonton konsernya JUICE?”
“Ya ampun, JUICE mau konser!!!”
Sedari pagi kalimat-kalimat seperti itulah yang aku dengar dari mulut teman-teman perempuan di sekolah. JUICE adalah sebuah grup band ketje yang berasal dari Jepang. Aku dapat info dari internet kalau 2 bulan lagi grup yang sedang naik daun ini mau mengadakan konser di Indonesia. Yap, aku juga termasuk fans JUICE dan dari dulu aku selalu bermimpi suatu saat nanti pasti aku akan menonton konser JUICE.
“Astrid, kamu mau nonton konser JUICE nggak?” tanya Elena.
“Eh, belum tahu nih, uang belum kekumpul banyak juga. Kalau Elena pasti nonton ya...”
“Kemungkinan besar sih nonton, sudah fix semuanya tinggal tunggu persetujuan ayah.”
“Semoga dibolehin ya! Kalau kamu nonton tapi aku nggak nonton jangan lupa oleh-olehnya ahahahaha.”
“Hahaha oleh-oleh apa coba? Ya ayo kamu nonton juga dong hehe.”
“Lihat-lihat uang sama sikon dulu ya, Len.”
Di kelasku cukup banyak teman-teman yang menjadi fans JUICE setahun belakangan ini, termasuk aku dan Elena. Kadang-kadang aku sering iri juga dengan Elena yang bisa nonton konser tanpa harus pusing-pusing memikirkan biaya. Tapi walaupun begitu dia tidak sombong.
“Len! Kamu kalau pesan tiket itu di mana?”
“Biasanya di online shop internet gitu deh. Kenapa? Jadi nonton, Trid?” wajah Elena berseri-seri.
“Mungkin? Belum tahu juga sih, Len... Harga tiketnya berapa?”
“Karena JUICE itu band luar jadi mungkin harga tiketnya yang kelas festival lima ratus ribu sampai satu jutaan. Kalau tiket VIP kisaran satu jutaan, tapi nggak sampai dua juta.”
“Gila! Mahal banget! Aduh uang segitu ngepet dapat dari mana...” aku bergumam.
“Kenapa, Trid?” Elena terlihat bingung, mungkin dia mendengarku mengucapkan sesuatu.
“Eh, ah, oh! Nggak apa kok, Len” aku tersenyum kecut.
“Mungkin aku bisa bantu kalau kamu ada ‘kesulitan’, Trid...”
“Nggak usah, Len! Nggak usah. Kamu terlalu baik.”
Perbincanganku yang singkat dengan Elena pun berakhir. Di rumah aku masih saja kepikiran dengan konser itu. Itu konser pertama JUICE di Indonesia! Itu kesempatan emas untuk bertemu dengan para personel JUICE yang kece-kece! Jelas saja aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu. Tapi biayanya itu yang menjadi masalah.
“Mama...”
“Apa, sayang?”
“Aku boleh nonton konser nggak?”
“Konser apa? Di mana? Harga tiketnya berapa?”
“Grup band JUICE, di Jakarta, harganya kisaran 500 ribu sampai satu juta...” kataku pelan.
“Mama sih membolehkan saja...”
Mendengar itu wajahku berseri-seri.
“...asalkan pakai uangmu sendiri.”
JDERRRR. Kata-kata mama itu bagaikan kilat menyambar. Uang segitu ngepet dapat dari mana?
“Kalau tiket pesawat/kereta okelah mama yang bayar. Tapi kalau tiket konsernya itu kamu pakai uang tabunganmu sendiri.”
Aku berjalan gontai menuju kamar. Dengan berat kubuka laptopku untuk melihat website online shop yang diberitahukan Elena padaku. Aku ingin memastikan harga tiketnya.
Sambil menunggu, kubuka tabunganku. Kuhitung semua uang yang ada di dalam.
“Empat ratus ribu... Kalau tix-nya satu juta berarti masih kurang enam ratus ribu lagi. Aduuuh...”
Website-nya sudah terbuka. Mataku langsung tertuju ke bagian harga tiket. Tiket kelas festival Rp 700.000,00! Lebih murah dari perkiraan! Aku langsung memikirkan cara agar tiga ratus ribu itu bisa aku dapatkan.
“Kalau nggak jajan dua bulan bisa kekumpul dua ratus, kalau jual barang-barang mungkin bisa buat tambahan juga.”
Pandanganku beredar ke seluruh isi kamar. Aku melihat ‘barang-barang’ yang kucari. Beberapa merchandise atau album yang masih bersegel yang aku beli dari internet berbulan-bulan, mungkin bahkan satu atau dua tahun yang lalu. Aku sudah membulatkan tekad akan menjual barang-barang itu. Habis setelah dipikir-pikir agak nggak guna juga sih...
---
“Astrid!” Inta memanggilku.
“Apa?”
“Kami mau jualan nih biar bisa nonton konsernya JUICE. Kamu mau ikut bantu nggak?”
“Kami? Siapa aja?”
“Aku, Dina, Ganish, banyak kok!”
“Eh? Sebanyak itu mau nonton semua? Emang boleh sekelas bolos buat nonton?” Rena ikutan nimbrung.
“Nah itu masalahnya.” Jawab Inta murung.
“Mending kita tanya persetujuan wali kelas dulu deh.” Aku memberi usul.
Akhirnya kami bertiga pergi menghadap wali kelas kami.
“Permisi, pak.”
Kami ceritakan semuanya panjang lebar dari A sampai Z.
“Kalau sebanyak itu yang pergi saya tidak bisa memberi izin.”
Deg.
“Kalau hanya empat atau lima orang saja saya masih bisa memberi izin. Coba kalian pikirkan lagi.”
“Iya, pak. Terima kasih.”
Kami keluar dari ruang guru dengan lesu. Kelabu menyelimuti perasaan kami. Akhirnya kami dan teman-teman lain yang suka JUICE memutuskan untuk diskusi.
“Aku nggak usah berangkat.” jawab Rena.
“Aku juga.” kata Dina.
“Aku juga nggak jadi aja.” giliran Ganish yang berbicara.
“Gini, yang berangkat Elena, Astrid, dan Inta aja. Kan mereka yang paling suka JUICE diantara kita semua.” Kata Sarah. “Gimana? Setuju nggak?”
Hening sejenak menyelimuti kami.
“Aku setuju.” Jawab Dhara. “Kalau masih sulit mencari tambahan uang, kami bisa bantu berjualan. Tapi kami tetap nggak berangkat.”
“Eh? Nggak apa nih?” tanya Inta.
“Iya, beneran nggak apa nih? Aku jadi merasa nggak enak sama kalian...” Elena menunduk.
“Rasanya agak gimana gitu kalau kami nonton tapi kalian nggak...” aku menatap wajah teman-temanku satu-persatu.
“Yap. Nggak apa kok.” Jawab Sarah sambil tersenyum.
“Hey, kalian kan sudah mewakili kami!” Dhara tertawa sambil merangkul Elena.
“Buatku sih, yang penting salah satu diantara kita ada yang berangkat ke sana terus kasih laporan konser buatku hahaha xD” jawab Dina.
“Jadi sudah deal ya!” kata Rena sambil tersenyum. “Jangan nyesel lho!”
2 bulan kami lalui dengan penuh suka maupun duka. Mulai dari perjualan stiker sampai kaos (yang nggak begitu laku), ikut membantu di toko keluarganya Rena, membantu cuci-cuci di kafe milik kakak sepupunya Dina, sampai membantu pamannya Dhara di tempat cuci mobil. Kami sempat bersedih saat dagangan kami nggak laku, saat kami mendapat gaji yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, kecopetan di bus, macam-macam lah! Tapi untung karena kami melakukannya bersama-sama, kami tidak terlalu merasakan kesedihan itu.
Akhirnya sampai pada H-2. Kamis malam kami berangkat ke bandara, kami diantar oleh orang tua dan beberapa teman. Dina dan Rena tidak bisa ikut mengantar karena lesnya masih belum selesai, jadi yang ikut mengantar hanya Dhara, Ganish, dan Sarah saja. Hari ini, aku, Elena, dan Inta akan berangkat ke Jakarta. Selama tiga hari di Jakarta, kami akan menginap di rumah salah satu saudara Elena. Kami sudah minta izin jauh-jauh hari agar yang bersangkutan bisa mempersiapkan kamarnya terlebih dahulu.
“Hati-hati ya!” kata Sarah sebelum kami bertiga masuk ke dalam.
“Jangan lupa foto-foto waktu konser ya!” tuntut Dhara.
“Oleh-oleh! Bawa personelnya sekalian ke sini! Culik!” Ganish bercanda.
“Ganish ngawur!” kata Inta sambil tertawa.
1 jam perjalanan. Beruntung pesawat yang kami naiki nggak delay. Kakak sepupu Elena juga sudah menunggu di bandara Soetta.
“Aku nggak sabar nunggu besok!” kata Inta bersemangat.
“Kita misah ya? Elena pakai tiket VIP kan?” tanyaku. Elena mengangguk.
“Jangan khawatir, nanti kalian didampingi temannya kakakku yang pesan tiket festival juga. Nanti aku sama kakakku biar nggak hilang.”
“Baguslah ada orang dewasa yang mendampingi.” Inta tersenyum.
“Besok kita datang ke TKP sekitar 5 jam sebelum konser ya, biar dapat tempat. Terutama yang festival. Kalau tix VIP ada nomor tempat duduknya sih. Lagian kalau datang awal kita bisa beli-beli suvenir konser dulu, kayak tas, stiker, poster, gantungan kunci, macam-macam deh!” Elena menjelaskan dengan panjang lebar.
“Lima jam sebelum konser? Berarti kita ke TKP jam satuan dong?” tanya Inta.
“Iya, sekalian makan siang juga.”
“Nunggunya lama banget ya...”
“Iyalah, aku pernah pesan tix Festival, datang 4 jam sebelum konser, di TKP sudah penuh banget malah! Akhirnya aku dapet tempat di tengah agak belakang!”
“Berarti memang harus datang lebih gasik ya,” aku menghela napas.
“Paling nggak harus datang 5-6 jam sebelumnya. Biar bisa beli merchandise juga hahaha.”
---
Benar kata Elena, sudah ada banyak orang yang berkumpul pada pukul satu siang di Istora Senayan.
“Ternyata penggemar JUICE di negeri ini banyak sekali ya...” aku heran melihat lautan manusia di depan mataku.
“Iyalah. Dan masih banyak lagi yang nggak berangkat nonton konser ini.” Jawab Inta.
“JUICE kan sudah mendunia sekarang.” Elena terlihat bangga.
Yang memperkenalkan JUICE pada kami semua itu Elena! Maka, aku nggak heran juga ngelihat Elena bangga waktu tahu penggemar JUICE di Indonesia itu banyak sekali.
Karena sudah jam makan siang, akhirnya kami memutuskan untuk makan dulu. Setelah makan, sembari mengisi waktu luang, kami mengobrol dan mencari tempat yang strategis. Elena mencari-cari merchandise yang cocok untuk dibawa pulang dan dioleh-olehkan untuk Sarah, Ganish, Dhara, Rena, dan Dina.
Setelah pintu dibuka kami segera menyerbu masuk, yang namanya Indonesia, ya pasti desak-desakan! Untung kami bisa melaluinya dengan selamat sentausa.
“Astrid! Astrid!! Astrid!!!”
Karena banyak orang yang teriak-teriak fangirling, telingaku jadi agak bermasalah. (?) Aku nggak bisa mendengar suara Inta dengan jelas.
“ASTRID!!!” Inta teriak.
“Eh, iya? Kenapa?” jawabku. Aku terpaksa teriak juga. Kudekati dia.
“Kita di sini saja, tempatnya strategis. Tadi temannya kak Debi yang menyarankan tempat ini dan ternyata memang strategis.”
“Baguslah!” aku mulai bersemangat.
Setengah jam kemudian, konser pertama JUICE di Indonesia itu berlangsung. Selama kurang lebih 3 jam itu, JUICE menyanyikan lebih dari 20 lagu. Penampilan mereka benar-benar keren! Mereka berhasil mengguncang Istora. Setelah encore, konser spektakuler itu pun selesai. Semua bertepuk tangan dengan meriah. Aku terharu. Terharu sekali. Setetes air mata menetes dari mataku.
“Ciyeh tear of joy!” Inta tertawa.
“Iya hahaha terharu banget nih.” Aku mengusap air mataku.
“Aku juga terharu, baru kali ini nonton konser JUICE di negeri sendiri!” mata Elena sudah berkaca-kaca.
Kami sepakat, pokoknya kalau JUICE ada konser di Indonesia lagi, Sarah, Dhara, Dina, Ganish, dan Rena yang harus datang.
TAMAT
Dengan tidak elit
Foot Note: Jelek banget ya ha ha -_- cerpen SKS nih. SKS48 saya merasa gagal menjadi Author... *gantung diri di pohon cabe*
Nilai-nilai yang dapat kita petik dari cerita ini(?) : kerja keras, pengorbanan, kerja sama, kebersamaan, kesabaran. Hidup tanpa cobaan dan penderitaan itu bagaikan sayur tanpa garam (?)
Memberi makan burung cendrawasih
Cukup sekian dan terima kasih
No comments:
Post a Comment